"bernegosiasi denganmu tentang hidup"

ingin berteriak sekeras kerasnya..
namun teriakan itu hanya mampu berjalan sampai kerongkongan
dan tertelan kembali bersama air liur
hatiku tak menahu, dia menangis bergeliang air mata
terdiam dalam kenangan pahit dan sumpah serapah
ingin kurobek jantungku yang terus mengingatnya
dan aku bingung harus air mata atau darah yang harus ku keluarkan

terduduk lemah ditengah perjalanan hidup
tergeletak dalam persaingan gila
setelah sedikit mendapat tenaga aku pun terduduk
lalu aku teringat seuatau pepatah bahwa orang sabar di sayang tuhan
aku merasa tertipu dan dibohongi oleh pepatah itu
jika aku bersabar maka orang akan menginjaku seenaknya
jika aku bersabar maka hidup dalam kelemahan yang ada
jika aku terus bersabar maka aku akan terus tertindas
oleh merka yang tidak pernah tersentuh hatinya akan kebradaan manusia ini

aku pun berfikir, tuhan itu maha mendengar
namun kenapa orang yang bertahta selalu memanggilmu denganya dengan pengeras suara
memuja mujamu dengan pengeras suara?
sedangkan orang yang tertindas hanya bisa merintih dalam hatinya
memanggil namamu ya tuhan..
apakah kau mendengar itu??
jika kau mendengar kenapa orang yang tertindas harus selamanya tertindas

tapi apa kau mendengar rintihan hati ini tuhan??
atau kau hanya mendengar orang orang yang memujamu lewat pengeras suara?
andai saja tahun 1952 henry kloss tidak menemukan pengeras suara
mungkin saat ini engkau tuhan akan mendengarkan rintihan tangisan semua orang

tuhan sebetulnya aku ingin bernegosiasi denganmu tentang hidup ini
Minggu
-[ Home |-